Penak pora? |
Beredarnya
video “rumangsamu – yo penak” yang saling bersahut-sahutan di
Facebook dan kini diangkat ke beberapa portal online dan bahkan masuk TV
menjadikan video-video itu semakin heboh. Ada yang kegirangan, ada yang biasa
saja, tapi ada yang justru merasa prihatin karena seperti orang tidak punya
kerjaan.
Well, media sosial memang media yang
paling cepat untuk menyebarkan virus, salah satunya ya video tersebut. Video
yang awalnya di upload oleh seorang
laki-laki yang mengatakan kalau ditinggal pergi istrinya ke luar negeri
itu enak, bisa Facebookan, hape layar sentuh, punya motor bagus, pulsa
dikirimi, duit habis dikirimi, meski istri kerjanya di luar negeri ngosek WC.
Video itupun dengan cepat menyebar dan mendapat
respon beragam. Tak sedikit yang mencibir bahkan menjadikannya bahan olok-olok.
“Kelakuan, begitu ya kalau istri pergi ke luar negeri, kerjaannya nongkrong,
ngopi, Facebookan” meski ada juga yang menganggap video itu hanya sebatas untuk
hiburan dan lucu-lucuan.
Tanggapan
paling banyak adalah dari para Tenaga Kerja Indonesia yang berada di luar
negeri. Ada yang menanggapi kerja di luar negeri itu enak, tapi ada juga yang
menanggapi kerja di luar negeri itu tidak enak.
Rumangsamu
opo penak? Penak
Menurutmu
apa enak? Enak. Ya, kerja di luar negeri itu ada enaknya. Enaknya itu gaji lebih tinggi dibandingkan bekerja di
Indonesia. Apalagi yang bekerja sebagai PRT. Di Hong Kong (misalnya), dengan
gaji sebesar HK$ 4110 yang kalau dirupiahkan menjadi Rp 6,8 juta lebih, gaji
ini katanya melebihi gaji PNS di kampung halaman. Mana ada gaji PRT sebesar itu
di Indonesia? Gaji sebesar itu bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarganya,
menyekolahkan anak-anaknya (bagi yang sudah punya anak), untuk membangun rumah,
untuk ditabung dan untuk modal usaha saat pulang nanti ke Indonesia. Tak sedikit
juga yang memberangkatkan orang tuanya pegi Umroh atau Haji.
Ada
juga yang bekerja di luar negeri nyambi meneruskan sekolah atau kuliah untuk
mewujudkan cita-cita yang tertunda. Enak gak sih? Ya enak. Karena belum tentu
di tanah air bisa. Selain itu, bekerja di luar negeri itu lebih dihargai, meski
ada yang diperlakukan seperti budak, makan dan tidur kurang. Di luar negeri
juga bisa menikmati hari libur setiap Minggu atau libur nasional lainnya.
Di
sisi lain, bekerja di luar negeri bisa sekalian belajar soal adat dan budaya
dan juga bahasa Negara penempatan. Bisa mencuri ilmu soal bagaimana
membudayakan antri, hidup bersih, tepat waktu dan masih banyak lagi.
Enak
gak? Ya enak. Itulah beberapa enaknya kerja di luar negeri.
Rumangsamu
penak? Yo ora penak!
Menurutmu
enak? Ya gak enak. Jangan bayangkan kerja di luar negeri itu semuanya enak
karena gaji tinggi, bisa Facebookan tiap hari. Sini saya kasih tahu bagaimana
tidak enaknya bekerja ke luar negeri, bahkan ora penak ini sudah dirasakan saat masih proses awal di penampungan
atau PJTKI. Sebelum ke luar negeri, hidup di penampungan yang sempit, tidur di
lantai, makan kurang, mandi harus antri dengan puluhan bahkan ratusan orang lain di penampungan,
belum lagi Ibu asrama yang galak. Kalau tidak betah di penampungan dan ingin
pulang, keluarga harus menebus beberapa juta.
Saat
tiba di luar negeri dan masuk majikan, bahasa rata-rata masih minim, majikan
marah, dibentak, bahkan ada yang dipukuli sampai babak belur, penak pora? Yo ra penak.
Belum
lagi kalau anak yang dijaga nakalnya gak ketulungan, anak jatuh kita
disalahkan, bahkan anak bersin saja kita yang disalahkan. Menurutmu ini enak?
Yo gak enak.
Ada
lagi, yang jaga manula, jaga Nenek cerewetnya minta ampun, sering nuduh
mencuri, urusan makanan pelit dan
seringnya harus beli makanan sendiri, begini enak? Yo gak enaklah. Gajinya
harus berkurang untuk jatah beli makanan, karena majikan pelit dan tidak peduli dengan urusan perut
kita.
Masih
ada lagi, saat sudah merasa cocok dengan majikan, potongan gaji sebentar lagi
selesai, artinya bisa kirim uang ke keluarga di kampung halaman, tiba-tiba
kabar buruk datang, majikan menginterminit kita. Kita diantar ke kantor Agen
dengan alasan majikan tidak cocok dan kita tidak bisa kerja. Uang tiket, sisa
gaji, uang cuti yang seharusnya jadi milik kita dirampas semua oleh Agen, kita
hanya bisa melongo tanpa bisa melawan. Menurutmu ini enak? Saya kasih juga juga ni, ada yang bekerja 2
tahun atau 3 tahun lebih gajinya habis hanya untuk bayar potongan Agen. Kok
bisa? Ya bisa. Karena masih kerja beberapa bulan, majikan diteror Agen untuk
ganti pekerja, padahal baru selesai potongan gaji, atau ada yang baru bekerja
merawat manula, yang dirawat meninggal dunia.
Lalu
hidup kembali di penampungan Agen, berdesakan dengan kawan lain yang punya
nasib sama, mencari majikan baru lagi, potong gaji lagi, harus nurut Agen,
kalau melawan, Agen mengancam akan memulangkan ke Indonesia. Emang kalau begini
enak?
Dan
yang paling tidak enak adalah saat harus berjauhan dengan keluarga. Dari orang
tua dan saudara atau dari anak-anak yang masih kecil dan masih butuh gendongan
orang tua. Jangan dikira meski enak lalu tidak ngenes saat mengingat keluarga. Yo
ngenes, yo ra penak.
Betah karena Butuh
Buruh
migran yang saat ini bekerja di luar negeri memiliki kisah yang
bermacam-macam. Ada yang enak dan ada
yang tidak enak. Kenapa kalau tidak enak
bisa bertahan sampai bertahun-tahun? Ya karena butuh. Betah bekerja di luar negeri karena butuh
biaya untuk mencukupi kehidupan keluarga di kampung halaman. Kalau di tanah air
lowongan perkejaan banyak dengan gaji mencukupi, saya pribadi juga akan memilih
bekerja di negeri sendiri, bisa dekat dengan keluarga.
Ada
lagi, yang paling tidak enak itu saat bekerja di luar negeri dengan
sungguh-sungguh untuk keluarga, ternyata suami di kampung sana selingkuh dengan
perempuan lain dan menggunakan uang si istri untuk membiayai selingkuhannya.
Apa kalau begini enak? Rumangsamu. Yang jadi korban siapa? Anak-anak dan hasil
jerih payah istri yang bekerja 24 jam nonstop di rumah majikan. Situ pikir enak
kalau mengalami hal seperti ini?
Jadi
buruh migran itu ada enak dan tidaknya. Yang ditinggal istri atau suaminya jadi
buruh migran juga pasti ada enak dan tidaknya.
Semoga
bisa saling bekerja sama. Yang ditinggal ke luar negeri, manfaatkan uang
kiriman dengan amanah dan untuk hal-hal yang positif agar yang mengirimi uang tambah
semangat bekerja dan bisa segera berkumpul kembali dengan keluarga di kampong halaman.
Yang
bekerja di luar negeri, pandai-pandailah mengatur gaji yang didapat, jangan
boros, manfaatkan hari libur dengan
baik, jangan melupakan tujuan awal bekerja ke luar negeri. Semangat
mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya agar bisa segera pulang dan membangun
negeri sendiri.
Karena
sesungguhnya hujan batu di negeri sendiri lebih enak ketimbang hujan emas di Negara
lain.
0 komentar