Bersama PILAR |
Minggu,
19 Mei 2013, pukul 7 pagi saya bangun, lalu ke kamar mandi. Siraman air hangat
mampu membuat mata terbuka lebar. Biasanya saya bisa bangun agak siang, tapi
untuk kali ini saya harus mulai membiasakan bangun sepagi mungkin. Banyak janji
yang harus saya tepati dan jam 9 saya harus ready di Mc Donal’s depan Time
Square, Causeway Bay untuk melanjutkan berbagi dan memberi semangat menulis ke kawan-kawan dari Persatuan
BMI Tolak Overcharging (PILAR).
Jam 9
saya telah sampai tujuan, menelepon Mbak Eni ternyata masih on the way, ya sudah saya naik dulu,
cari tempat duduk yang enak untuk diskusi sambil menunggu yang lain datang. Satu
demi satu mulai datang dan yang paling ditunggu datang juga akhrinya. Dengan
bawaan tas besar berisi foto copy-an bahan-bahan yang akan disebar hari ini di
lapangan rumput.
Sambil
sarapan, diskusi pun dimulai. Dan pembahasan kita adalah soal KTKLN. Yah, kartu
hantu itu ternyata masih menjadi bahan paling HOT untuk terus diungkap. Saya
salut dengan kawan-kawan PILAR. Diskusi sambil makan dan sesekali saling ejek
namun tak mengurangi keseriusan mereka menyimak penjelasan Mbak Eni yang
merupakan ketua PILAR. Lain waktu saya akan kupas tuntas profil tentang Mbak
Eni, sosok BMI yang juga menjadi ispirasi kenapa saya berani terus menulis soal
BMI Hong Kong.
KTKLN
telah menghadirkan begitu banyak cerita dari kalangan BMI, kususnya BMI Hong
Kong. Tak bisa dipungkiri bahwa yang selama ini yang sangat vocal menolak KTKLN
adalah BMI Hong Kong, kemudian diikuti oleh para tenaga kerja di negara lain.
Salah satu alasan kenapa BMI Hong Kong sangat vocal dan berani karena kebebasan
berorganisasi di Hong Kong.
Kalau
urusan mengomentari soal KTKLN, kawan-kawan BMI di Hong Kong sangat pintar
sekali beradu argumen saat ada status yang menyinggung soal kartu ini di
Facebook. Tapi kalau urusan menulis, mereka kebanyakan masih bingung, padahal
tanpa mereka sadari, komentar mereka itu bisa menjadi tulisan.
Itulah alasan
yang saya dengar dari mereka saat berkumpul dengan PILAR pagi hari, lalu
dilanjut dengan Indonesian Migran Workers Union (IMWU) pukul 2 siang, lalu
berlanjut ke Asosiasi Buruh Migran Indonesia di Hong Kong (ATKI) pukul 5 sore.
Bersama IMWU |
Bersama ATKI |
Kawan-kawan
yang tergabung dalam organisasi setiap hari pasti punya bahan untuk ditulis,
tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadikan cerita itu ke dalam sebuah tulisan.
Mereka juga pintar berorasi, tapi kalau disuruh menulis, mereka kebanyakan
menjawab tidak bisa. Sebelum saya masuk ke dunia mereka, saya sering sekali
kekurangan bahan untuk ditulis, dan ini bertolak belakang dengan mereka yang
punya banyak sekali bahan tetapi bingung menulisnya bagaimana.
Bisa
karena terbiasa. Ini kalimat yang selalu menjadi pedoman saya,
dulu, saat awal-awal memulai menulis di Kompasiana. Dan saya tidak mau terus menerus
menjadi pembaca, saya juga harus bisa menulis. Ini juga yang saya
tularkan ke kawan-kawan PILAR, IMWU dan ATKI.
Saya
yakin, kalau mereka berani bersuara melalui tulisan dan semakin banyak BMI Hong
Kong yang menulis soal isu-isu buruh migran, ini akan menjadi daya dobrak yang
sangat luar biasa nantinya. Dan semangat menulis BMI Hong Kong juga akan ditiru
oleh para BMI di negara lain.
Saya
sendiri masih terus belajar menulis dan terus mencuri ilmu juga semangat yang
luar biasa dari mereka. Saya juga berharap akan muncul penulis-penulis dari
kalangan BMI Hong Kong. Saya bukan penulis, saya hanya orang yang suka menulis,
itu saja.
Menulis
bagi sebagian orang sudah menjadi suatu kebutuhan dan kewajiban bahkan bisa
menjadi terapi jiwa. Kalau Sarjana bisa menulis itu adalah hal biasa, tapi,
kalau BMI bisa menulis, ini baru luar biasa :D
Saya
pribadi sangat ingin mengikis penilaian remeh banyak kalangan tentang tenaga
kerja wanita atau pekerja rumah tangga, dan salah satunya dengan menulis. Dan
saya sangat senang kalau ilmu yang masih sangat sedikit yang saya bagi ke
kawan-kawan bisa menjadi pemacu bagi mereka untuk melakukan hal yang sama,
yakni dengan menulis.
Ayo
menulis dari sekarang. Menulis, menulis, dan menulis. Kalau tidak dimulai dari
sekarang, lalu kapan lagi? Anda bisa karena terbiasa.
8 komentar
awal sy mulai berani menulis, terinspirasi oleh Guru sy Bpk JamilAzzaini yg selalu menulis setiap hari kerja di http://www.jamilazzaini.com/ kata beliau "kalau kamu ingin mengetahui Dunia maka banyaklah membaca, kalau kamu ingin dikenal Dunia maka banyaklah menulis".
ReplyDeletekata yang sangat tepat untuk penambah semangat bang, makasih ya
ReplyDeletepokoknya semangat, walau saya belum ikut menulis
ReplyDeleteKapan nulis fa?
DeleteBenar, sebagai seorang BMI HK memang banyak sekali yang bisa menginspirasi saya untuk ingin menulis, apalagi kalau menikmati tulisan di kompasiana atau blog dll, rsanya ingin ikut bagian dari mereka. namun pada kenyataanya heheh saya males nulis. saya merasa tulisan saya morat marit tak beraturan.
ReplyDeleteBisa karena terbiasa mbak :D ayo mulai dari sekarang, saya dulu juga gak PD kok, tapi lama-lama ya PD aja, menulis bisa menjadi terapi lo
DeleteMbak fera facebooknya apa??? kalo boleh jujur saya ngefans sama tulisan mbak hahhahah yang tentang BMI tentunya :-D
ReplyDeleteHay mbak Eva, makasih sebelumnya ya :D
Deletesearch aja Fera Nuraini
Di mana-mana nama saya sama kok