Erwiana

Lupakan SBY Karena Kita Masih Punya Pilihan

1:41 PM






Presiden SBY kemarin (21-01-2014) masuk TV Hong Kong. Dalam berita disebutkan bahwa saat itu polisi Hong Kong sedang berada di rumah sakit Sragen, tempat dimana Erwiana dirawat untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut sebagai bahan penyelidikan kasus penganiayaan yang dilakukan oleh majikan. Presiden SBY sempat menelepon Bapaknya Erwiana dan selanjutnya berbincang dengan Erwiana. Berjanji untuk mengusut kasus ini hingga tuntas dan meminta menghukum berat si penyiksa.

PRIHATIN. Kata yang paling kita tunggu ini pun muncul dari SBY. Sudah puas, kawan-kawan? Saya belum.

SBY menelepon Erwiana disela-sela rapat yang tentu saja hampir semua media baik cetak maupun elektronik
berada di sana untuk meliput. Dan kebetulan banyak juga media dari Hong Kong ikut mengawal kasus Erwiana dan otomatis acara SBY menelepon Erwiana pun disorot oleh media asing.

Yang jadi pernyataan, apakah memang sengaja SBY menunggu momen tepat baru menelepon Erwiana? Atau, SBY sengaja menunggu sorotan media asing yang memang sudah diketahui meliput kasus Erwiana di rumah sakit? Jadi biar diberitakan seolah-olah "Presiden Partai Demokrat" ini peduli terhadap kasus Erwiana.

Akh, memang selalu ada pilihan buat SBY. Ya, pilihan menunggu momen yang tepat, pilihan untuk peduli dan pilihan untuk masih tetap dianggap Presiden bagi media di luar negeri.

Saya jadi ingat dengan Presiden Chili, Sebastián Pinera yang setia menunggui para penambang yang berjumlah 33 orang yang tiba di lokasi sebelum operasi penyelamatan dimulai serta menyambut masing-masing penambang yang berhasil diangkat ke permukaan menggunakan kapsul. 

Penyelamatan ini pun mendapat perhatian luar biasa dari dunia internasional dan memuji kesigapan serta perhatian Sebastian Pinera terhadap warganya yang jadi penambang  di San Jhose yang terletak di Chile Utara. Para penambang ini sudah terjebak selama 2 bulan. Tragedi ini terjadi tahun 2010.

Beda Presiden Chile, beda pula dengan SBY. Saat terowongan tambang Freeport di Papua  yang menelan 7 korban jiwa dan masih ada 21 pekerja tambang yang belum ditemukan dan terkubur hidup-hidup, pemerintah hanya diam dan tak ada perhatian. 



Selalu ada pilihan memang. Pun juga saat Muhaimin dan Jumhur memilih untuk mengklaim bahwa kepolisian Hong Kong datang ke Indonesia atas desakan mereka. Selalu ada pilihan untuk menganggap para buruh migran sebagai orang bodoh dan gampang dibohongi hingga sampai saat ini tetap saja dimanfaatkan bagi mereka-mereka yang berkepentingan dan haus kekuasaan.

Dan sebagai buruh migran, kita juga tetap bisa memilih. Memilih berontak untuk menuntut keadilan, atau diam dan terus merasakan penindasan dan segala bentuk ketidakadilan.

Ya, selalu ada pilihan. Dan saya memilih untuk terus menulis meski ada yang kawatir saya akan di-Munir-kan. 


You Might Also Like

3 komentar

  1. aq memilih untk berjuang bersama kalian.
    lawan terus ketidak adilan.

    I am suport for you, fera nurainy.
    kami ada untukmu.
    allah ada bersamamu

    ReplyDelete
  2. Mari kita pilih pilihan kita, dan lupakan SBY.

    Salam saya min

    ReplyDelete
  3. met pagi Kakak, ... selamat beraktivitas yang baik-baik

    ReplyDelete