Pejuang Garis Dua (4)
1:14 PM
Dari awal tespek lalu USG dan beneran hamil saya sengaja dan memang
niat tidak membagikan apa pun soal kehamilan ke media sosial. Bahkan suami pun
saya larang untuk upload kehamilan saya di media sosialnya.
Ya kadang nyinggung sedikit soal kehamilan di kolom komentar gak
papa, tapi itu di akun suami. Kalau akun saya memang sengaja saya bersihkan
dari hal apa pun soal kehamilan.
Banyak alasan yang membuat saya memilih diam dari hiruk pikuk media
sosial sejak hamil. Saya upload ya tidak jauh-jauh dari dagangan atau kadang
hal remeh temeh.
Sedikit curhat soal kenapa saya memilih tidak share apa pun
mengenai hal ini.
Dari menikah sampai saya hamil penantian saya hampir 2 tahun
(kurang lebih 19 bulan). Bulan demi bulan saya selalu melewati dengan perasaan
tak menentu terutama pas haid datang.
Waktu buka Facebook, melihat teman menikah tentu saya ikut senang dan mengucap selamat. Kemudian
jarak sebulan atau dua bulan dia upload poto tespek strip dua dengan penuh rasa
bahagia.
Bagaimana perasaan saya? Jujur antara senang dan sedih kalau
dipresentasi banyakan sedihnya meski saya ikut mengucap selamat.
Rasa getir merasuk ke dalam hati saya. “Ya Allah, kapan giliranku?
Saya lebih lama menikah ketimbang dia, Ya Allah, kapan?”
Menikah dan hamil tanpa menunggu waktu yang lama adalah dambaan
semua pasangan dan saya bisa paham kenapa mereka share soal kebahagiaan mereka,
itu hak mereka.
Saya memilih untuk tidak share apa-apa karena ingin menjaga
perasaan teman yang (bisa jadi) punya perasaan sensitive seperti saya. Melihat
teman di medsos upload poto tespek garis dua langsung baper lalu nangis, iya,
saya pernah ngalami dan tak sekali dua kali.
Ya alhamdullah beberapa teman dekat saya mengerti dengan kondisi
saya waktu saya beri penjelasan kenapa tidak share soal kehamilan atau saya
larang komen apa pun soal kehamilan saya di medsos.
Berbagi kebahagiaan adalah hak setiap orang, tapi saya memilih
tidak membagikan kebahagiaan soal kehamilan sampai si bocah lahir. Alasan kuat
adalah saya tidak ingin membuat sedih orang lain yang sudah sangat ingin punya
momongan namun masih diuji kesabarannya. Apalagi yang usia pernikahannya jauh
di atas saya.
Dan jujur saya sempat unfriend beberapa teman yang menurut saya
terlalu lebay karena dikit-dikit upload poto dan keluh-kesah soal kehamilan.
Yang paling parah adalah saya pernah melihat seorang teman membagikan poto
janin berusia 2 bulan yang diwadahi plastik. Hampir tiap jam dia share soal
kondisi kehamilan dia dan terpaksa harus kuret karena tidak mungkin dilanjut.
Iya sih itu hak dia, tapi jujur saya mual melihatnya dan saya
memilih untuk unfriend dia. Saya tidak ingin pikiran jelek/kotor hinggap dalam
otak saya karena saya sendiri sedang hamil.
Dalam setiap doa saya selalu selipkan permohonan semoga yang sudah
menikah dan belum diberi momongan segera diberi agar rasa bahagia yang saya
rasakan segera menular.
Saya mohon jika ada beberapa komentar soal kehamilan yang saya
hapus. Setelah membaca alasan saya di atas, semoga bisa dipahami kenapa dan
mengapa.
0 komentar