![]() |
Pertanyaan paling sering saat
masih sendirian sedang umur sudah dibilang mapan adalah “kapan nikah?”
Dan pertanyaan setelah menikah
tapi lama belum dapat momongan adalah “kapan hamil/kapan punya anak?”
Menikah lalu punya anak adalah
dambaan kebanyakan manusia di bumi ini. Ada
sebagian manusia yang tidak ingin menikah dan punya anak karena ingin
hidup bebas dan menikmati kesendirian.
Pertanyaannya, jodoh dan anak
punya siapa? Jawabannya adalah punya Tuhan.
Lalu, saat manusia masih
dijauhkan sama jodoh, siapa yang disalahkan?
Saat sudah menikah dan belum
diberi momongan, apa perlu mencecar mereka dengan pertanyaan menyakitkan?
Kenapa kok gak hamil-hamil?
Kenapa kok belum punya anak?
Temenmu sudah gendong bayi
semua, kamu kapan?
Bisa bikin gak sih?
Dan sederet pertanyaan lain
yang seolah meng-hakim-i bahwa pasangan sudah menikah dan lama belum dapat
momongan layak dipertanyakan kesuburannya.
Anggap saja saya sedang curhat
(lah emang iya mau curhat) tentang kondisi saya dan suami saat menghadapi
pertanyaan sejenis yang alhamdullilah untungnya
sudah kebal di telinga dan perasaan kami.
Kami menikah September 2017 dan
sama sekali tidak ingin menunda kehamilan, kalau bisa segera hamil dan memiliki
anak. Siapa sih yang tidak ingin mengendong anak yang lucu menggemaskan?
Teman atau tetangga yang
menikah setelah kami rata-rata langsung dikaruniai buah hati. Menikah bulan
ini, bulan depan langsung isi, ada yang jarak 4 bulan atau 5 bulan kemudian
isi. Bahkan ada yang belum nikah tapi isi duluan pun ada #Plak
Saya? Sepertinya harus menunggu
dengan sabar.
Ya itulah Maha Asyiknya Tuhan.
Saya percaya hanya Dia yang paling tahu kesiapan umat-Nya. Bukan tetangga,
teman atau kaum lambe turah.
Memiliki anak setelah menikah
bukan arena balapan. Belum menikah di saat yang lain sudah memiliki gandengan
juga bukan ajang lomba. Tetapi niat dan keinginan kami memang sudah sangat
ingin memiliki momongan. Saya juga mempertimbangkan umur yang sudah tidak muda
lagi. Ya meski banyak yang menganggap umur saya masih 28 tahun.
Bulan berganti, tanda kehamilan
pun belum juga menghampiri. Beberapa kali kena PHP dengan hadirnya tamu bulanan
yang telat dari biasanya. Molor 3 hari kadang sampai 5 hari dan itu membuat
saya dan suami berbunga meski pun harus kecewa karena tiba-tiba si merah datang
tanpa rasa berdosa.
Ya Tuhan, sabar ini semoga
tidak akan ada batasnya.
Saya pernah mengikuti saran
hasil dari gooling untuk minum Folavit,
Ever E dan Prenagen Esensis, hasilnya masih nihil, Habis susu 5 kotak hasilnya BB saya yang nambah. Akhirnya saya
stop semua.
Februari 2018 (pernikahan 5
bulan) untuk pertama kalinya saya konsultasi ke Dokter (B) kandungan di
Ponorogo. Ini setelah minta pertimbangan beberapa teman yang sudah pernah
melakukan hal sama. Waktu diperiksa, kandungan saya hasilnya bagus tidak ada
masalah. Dokter menyarankan untuk perbanyak makan sayur dan suami diminta untuk stop merokok. Jika
memungkinkan bisa cek sperma, tapi sebaiknya jangan dulu, karena pernikahan
kami belum setahun.
Waktu saya tanya, boleh gak
minum kopi? Jawaban Dokter kopi gak masalah. Saya diberi vitamin untuk diminum selama satu bulan.
Bulan berikutnya ternyata M
datang lagi. Saya masih semangat untuk program dengan cara lain, salah satunya
pijit ke dukun peranakan. Menurut tetangga yang sudah pernah pijit ke dukun ini
banyak yang cocok dan berhasil hamil setelah dipijit dua kali atau tiga kali.
Bissmilah saya pijit setiap M
hari ke 5 atau 6. Selama 3 bulan berturut-turut dan ternyata hasilnya masih
kosong. Karena mendekati puasa, saya memutuskan untuk stop pijit. Konsentrasi
jualan kue lebaran dan menenangkan pikiran. Ya siapa tahu saja kalau tidak
memikirkan soal kehamilan rejeki itu akan datang dengan sendirinya.
Tentunya kami tetap berdoa agar
keinginan kami segera dikasih. Lebaran 2018 adalah lebaran pertama yang kami
rasakan sebagai pasangan suami istri. Dan bisa diduga, saat berkunjung ke sanak
family, pertanyaan “sudah hamil belum” mengiringi sepanjang silaturahmi kami.
Sedih? Kami berusaha untuk
tetap tenang. Menjawab seperlunya meski perasaan kami penuh luka.
Kami berusaha positif thinking
bahwa yang menikah lebih lama dari kami dan belum diberi amanah anak ada banyak
dan yang lebih sering mendapatkan pertanyaan seperti itu dari kami juga sangat
banyak. Kami tidak sendirian.
Setelah lebaran berlalu,
bissmilah kami mulai program lagi. Saya kembali ke dukun peranakan yang sudah
punya banyak pengalaman, kebetulan beberapa teman cocok ke dukun ini dan
berhasil hamil. Bahkan ada satu teman saya pijat sekali bulan depannya hamil
setelah penantian 7 tahun lebih.
Saya pun tertarik untuk
mencoba. Setelah haid bersih saya datang ke rumahnya untuk dipijit. Dukunnya
masih muda dan saya suka cara mijitnya karena telaten. Pijat ke dukun ini 4
kali dan hasilnya masih nihil juga. Terakhir saya pijit bulan September saat
haid selesai dan di bulan ini juga saya memulai untuk program hamil ke Dokter (A)
kandungan.
Suami yang mengajak saya untuk
konsultasi ke Dokter ini atas saran dari banyak temannya dan suami juga ingat
kalau saya pernah operasi bartholin dan yang menangani Dokter A. Bissmilah
semoga cocok.
Untuk program hamil ke Dokter
kandungan kedua ini, saya datang di hari kedelapan dari haid pertama.
Sebenarnya ini rada telat karena seharusnya haid pertama atau hari kedua harus
datang. Promil dimulai saat haid mulai.
Saat diperiksa kandungan,
alhamdullilah rahim tidak ada masalah, semua sehat dan bersih. Saya dan suami
diberi obat yang berbeda untuk diminum selama satu bulan ke depan. Dan wajib
datang lagi saat haid hari pertama atau kedua.
Kami sih berharap bulan depan datang saya sudah hamil.
0 komentar