Hai, kakak orang Korea (Kota Reog Asli), semoga kau
baik-baik di sana dan sedang tidak bersandar di bahu jalan, karena bahuku masih
ada di sini untukmu, untuk sebulanan ke depan. Maaf sengaja ngasih judul yang sama, kak. Biar imbang.
Begini lo, kak. Saya kan sudah bilang, soal samsak itu
nganu, kak, ahsyudahlah, ndak usah dibahas lagi. Saya sudah baikan kok, dan jadi
terbiasa digituin, makin kebal, kak. Ya
meskipun saya ini kayak orang ketiga yang selalu saja disalahin, hiks.
Kak, umur kakak ini kan masih 17 tahun, to? Meski ada
sisanya yang sedang jalan, jadi sebenarnya untuk urusan menikah itu sebaiknya
menunggu takdir saja, tak perlu nggoyo untuk mengejar, kalau perlu biarkan
saja, kayak kenangan-kenangan dengan para mantan itu lo, kak.
Kalau pun nanti ketemu mas-mas yang siap memberi
emas-emas seberapa pun yang kakak minta dan sekiranya bisa menuntun ke jalan
syariah yang kakak idamkan, bisa jadi pertimbangan kok, kak. Mau menerima atau
menolak. Ingat kata si Bapak itu, ndak? punya mantan cuma satu itu rugi lo
sebenarnya, harusnya kan bisa sepuluh.
Lalu, pertanyaan kakak soal kapan saya nikah? Sebenarnya
saya sudah tanya sama yang menyediakan jodoh untuk saya, setiap detik malah,
kak, tapi belum dijawab sampai sekarang. Seperti kata kakak, mungkin dia saat
ini sedang mampir ke hatinya dedek-dedek gemesin sebelum akhirnya hinggap ke
saya yang lebih gemesin ini.
Ini musim pancaroba kak, musim peralihan dari panas ke
dingin yang harus kita lewati, lumayan
sulit lo, kak, meski tak sesulit peralihan rindumu ke mantanmu lewat alunan
Al-Kahfi seperti suara Syeikh Mishari Al-Afasy yang kau ceritakan di saat pagi di sela-sela minum kopi.
Kak, jaga kesehatan ya, saya juga sangat rela
ngingetin kakak untuk hal ini karena saya tahu, kesehatan itu kunci untuk
bertahan dari segala cobaan, baik itu cobaan susahnya melupakan mantan, maupun
cobaan om-om yang semangat mbribik dari segala penjuru mata angin, dan terlebih
lagi cobaan melihat dia bahagia bersama yang lain.
Kak, ini bulan berat untuk saya, karena sebentar lagi
hidup baru harus saya mulai. Bukan, kak, bukan hidup baru membangun rumah (tangga),
you know what I mean lah, kak. Saya
tidak akan membangun rumah sebelum menemukan bahu untuk bersandar sekaligus
bisa ngepuk-puk saya sambil bilang, “sudah, ndak papa” saat saya lagi galau
menghadapi beratnya tugas-tugas Negara yang kadang nauzubillah itu.
Oh iya, saya
masih terus menagih kepulanganmu, di mana kita akan mengitari kota-kota yang
telah tertulis di diary pink itu. Sementara cukup Jawa dulu, siapa tahu lain
waktu bisa menambah kota lain atau
bahkan Negara lain.
Tiap kali bertemu denganmu, yang selalu saya ingat
adalah “The power of kepepet”mu yang sejak tahun 2011 atau mungkin sebelumnya
sudah menjadi senjatamu.
Iya saya paham, kakak menggunakan power itu bukan untuk
menghitung “kembalian” dari apa yang sudah kakak “keluarkan”, beda kayak saya,
mengeluarkan ini, harus dapat kembalian ini dalam jangka waktu segini. Paham to
maksud saya, kak?
Tugas Negara kita masih panjang, kak, saya malah lebih
panjang dari kakak karena kakak sudah berjuang duluan sebelum akhirnya saya
ikutan nyemplung untuk berjuang di tugas yang sama.
Saya ndak nyesel kok, meski kadang kakak, sering
malah, menularkan rasa malas ke saya lewat rayuan sajak-sajak mirip komika dari Purwokerto yang
berjenggot itu. Lalu akhirnya kita sama-sama
mengeluh, “seandainya ada bahu untuk bersandar.” Huff
Oh iya, kak, tadi saya lihat IG si Dzawin sedang berpuisi
di ketinggian entah berapa meter, dia lagi mendaki, bagus puisinya, kak,
sayangnya bukan untuk saya, apalagi untuk kakak, puisinya untuk ceweknya
sendiri, kak. Kalau sudah begini, ingin rasanya saya bersandar di bus yang
sedang berjalan saja.
Bener kata Radit, jomblo tak dapat ditukar, gebetan
tak dapat diraih. Tapi saya masih percaya, kak, bahwa jodoh suatu saat pasti akan
hadir, untuk saya, untuk kakak, dan untuk para jomblo yang saat ini sedang
merasakan kegalauan tentang keberadaan si jantung hati yang entah sedang
menancap di mana saat ini.
Saya sudahi surat ini sampai di sini, kak. Maaf kalau
tak seindah isi suratmu. Yang pasti, meski jarak memisahkan kita nanti, kau
tetap menjadi sahabat sejati. Saya selalu ingat kata-katamu, kak, indahnya
persahabatan itu saat tak ada konflik keuangan yang menyertai. Tapi kalau
sekali-kali ada acara traktiran boleh lah, kak.
Jangan ada baper di antara kita
Regards
Fera Nuraini
13 komentar
hahahhaa sesama jomblo harus saling support
ReplyDeleteKudu mbak :D
Deleteketika cinta yang hadir bukan untuk kita,kadang kita merajuk,seperti anak kecil.
ReplyDeleteTapi,cinta hakiki selalu ada untukkita,dengan sengaja kita melupakannya.
percayalah cintamu akan bersandar di hati yang tepat dan di waktu yang tepat.
salam damai dari sesama jomblo mbak Fera
walaah, jomblo juga to :D
Deletesini ngumpul hahahahahahahaha
Terharu, kak. Puk-puk me.
ReplyDeletekene tak tumbasne permen, kak
Deletehahahahahaha ngaaaaaakaaaaaaaaaaaak
ReplyDeleteCiee yang gak jomblo :D
Deletengebayangin ngelendot di bus yang lagi jalan....
ReplyDeleteCobain aja, jangan cuma dibayangin :D
Deleteuntung saya gak jomblo hehe
ReplyDeleteehem
Delete:-D
ReplyDeleteJadi terharu bacanya..
Eh... jomblo.. aq ora popo.. :-D