![]() |
Finalis SUCI 5 Kompas TV (kompas.com) |
Stand
Up Comedy Kompas TV sesi 5 telah berakhir, tetapi euforianya masih kita rasakan
sampai saat ini. Ya paling tidak saya sendiri, masih sering lihat penampilan
video finalis lewat Youtube. Rigen telah
dinobatkan sebagai juara 1 SUCI 5 tahun ini,
juara 2 ditempati si anak STM, Rahmet dan juara 3 dipegang si-absurd,
Indra.
Stand
up comedy adalah ajang dimana para komika bisa mengungkapkan keresahan-keresahan
yang mereka alami dengan cara yang lucu dan mengundang tawa. Saya sangat ingat bagaimana Arie Kriting
dan Abdur, komika dari Indonesia Timur yang begitu konsisten di setiap show
saat melakukan stand up, keduanya selalu membawa kritik-kritik sosial ke
pemerintah tentang pembangunan di Indonesia Timur yang selalu diabaikan dan
dianaktirikan.
Arie
Kriting dan Abdur seolah menjadi ikon dari Indonesia Timur bahwa “melawan”
tidak harus selalu turun ke jalan atau bakar-bakar ban di tengah jalan, tetapi
melawan bisa juga dengan cara lain, salah satunya dengan komedi. Dan keduanya
berhasil melakukan itu. Kalau kata Arie
Kriting, “Melawan Stigma dengan Komedi.”
Keberhasilan
Rigen seolah menjadi pelengkap bagi pemenang SUCI dari Indonesia Timur, setelah
sang perintis dari Indonesia Timur yakni Arie Kriting ikut Stand Up Comedy dan menduduki
juara 3 SUCI 3, lalu ada penerusnya Abdur yang menduduki juara kedua SUCI 4,
dan klimaksnya dipegang oleh Rigen yang akhirnya dinobatkan sebagai juara 1
SUCI 5.
Dari
audisi, saya sudah menjagokan Wira, si budak sajak dari Purwokerto. Pembawaannya
yang penuh karisma dengan kalimat-kalimat romantis yang terlontar di atas
panggung, meski sajaknya miris tetapi bisa membuat kita semua tertawa, iya,
menertawakan sajaknya Wira yang tanpa kita sadari, kita (mungkin) pernah
merasakannya.
Dari
awal audisi, Wira mampu mencuri perhatian Radit dan Pak De Indro selaku juri,
lihat saja ekpresi Radit waktu Wira audisi, sampai bersandar di bahu Pak De
Indro karena entah geli atau entah merasakan hal yang sama dengan sajak-sajak
yang Wira bawakan, atau mungkin karena Radit merasa dia tak sehebat Wira dalam
bersajak dan merayu wanita? Entahlah. Deliverynya mampu membuat Radit dan penonton yang hadir sangat
terhibur dengan sajak komedinya Wira.
![]() |
Cieee, bersandar di bahu Pak De Indro, ciee |
Ciri
khas Wira dengan brewoknya yang katanya tidak pernah dicukur, karena apa?
Karena sesuatu yang tumbuh kembali, rasanya tak lagi sama. Biasanya saat
memulai stand up, Wira akan menyapa penonton dengan sajaknya yang tersusun
rapi, ini salah satu contohnya,
Selamat
malam Balai Kartini
Dan
semua penyesalan yang masih tersisa di sini
Sakitnya
juga di sini
Semua
perih-perih juga tersisa di sini
Di
sini, di sini, kenapa?
Karena
di situ, kadang saya merasa sedih.
Show
pertama dimulai dan para finalis mulai berlomba menjadi yang terbaik. Show
pertama, saya melihat karakter Dicky, finalis yang mendapat golden tiket saat ikut LKS begitu kuat dengan aksi act out-nya yang
membawakan materi tentang nge-fans sama idola, gayanya
yang ngibasin rambut, atau saat makan kecoak itu sudah bikin semua penonton
tertawa. Dari sini saya semakin menempatkan Dicky dan Wira diurutan pertama
sebagai komika favorit SUCI 5.
![]() |
Neng, kamu tuh, aahh, gemesin dan ngangenin |
Show
pertama finalis yang harus close mic adalah Baim. Kemudian di show ke 2, Ubai
harus menyusul close mic. Show ke 3, finalis yang mendapatkan golden tiket tanpa audisi setelah komunitasnya terpilih
menjadi juara di Liga Komunitas Stand Up (LKS) yakni Ridho harus mengakhiri
perjalananannya di SUCI 5.
Si
mafia Hong Kong, Kalis, harus mengakhiri shownya di panggung SUCI 5 dan menjadi
finalis berikutnya yang close mic di show ke 4. Kalis memiliki penggemar
lumayan banyak di Twitter dan cukup ramah dengan fans. Anjas menyusul Kalis di show ke 5 dan harus
close mic dan berpisah dengan finalis lainnya.
Komika
yang dipanggil “ayah” oleh para finalis, Rahman, harus mengakhiri shownya di
babak ke 6 dan meninggalkan kesedihan bagi para finalis. Maklum saja, Rahman
sudah dianggap seperti ayah bagi mereka. Perjalanan show demi show pun tetap
berjalan seperti biasanya dan siapa sangka kalau Wira menyusul untuk menjadi
peserta yang close mic di show berikutnya.
Ya, si budak sajak ini harus close
mic di show ke 7. Tak ada lagi sajak-sajak romantis dan miris di show
berikutnya, Tak ada lagi sapaan “selamat malam
Balai Kartini” dan disusul dengan petikan sajak yang rapi dari Wira.
Menyusul
Wira adalah Tommy Babap, finalis dengan suara agak cadel terpaksa harus
terhenti di show ke 8. Salam perpisahan yang disampaikan Tommy mengundang tawa
penonton malam itu, yang tadinya sedih, finalis lain malah ikutan tertawa. Tapi
inilah SUCI Kompas TV, ajang komedi yang sangat cerdas dan bisa membuat
penontonnya menangis dan tertawa bersama.
Dan,
ini adalah close mic paling sedih sepanjang SUCI 5. Julukan Bunda atau Eneng untuk
finalis bernama Dicky dengan ciri khas topinya yang menyapa penonton dengan “selamat malam Balai
Kartini, ahaayy” harus terhenti di show ke 9. Close mic-nya Dicky adalah
kesedihan terbesar sepanjang SUCI 5
karena Dicky adalah finalis yang amat sangat saya jogakan bakalan masuk Final
melawan Wira. Tapi ya, inilah kompetisi, para finalis harus siap dengan
“eliminasi” yang datang setiap Minggunya.
![]() |
Kenapa neng Dicky close mic secepat ini? |
Neng
Dicky, terima kasih sudah memberikan tawa di panggung SUCI 5, senyummu,
lambaian tanganmu, goyanganmu, dan semuanya tentangmu takkan pernah kami lupa.
“Hal
ini tidak akan menghentikan langkah saya untuk terus stand up. Stand up adalah
ajang dimana kalian bisa mengutarakan kejujuran, ketika kalian dibatasi, kalian bukan diri
kalian yang sebenarnya.” Inilah kalimat perpisahan yang diucapkan Dicky saat cloce
mic yang membuat teman-temannya dan juga penonton merasa sedih dan kehilangan.
Ya,
tak ada lagi sapaan “ahaayy” di show
selanjutnya yang masih panjang di SUCI 5.
Waktu
mendengar ada babak call back saat 7 besar, pecinta stand up comedy Kompas TV sudah yakin kalau Dicky bakalan dipanggil
untuk ikut, ternyata, lagi-lagi harus kecewa karena si eneng tidak masuk. Babak call back di show ke 10 SUCI 5 diisi oleh
budak sajak si Wira, Kalis sang mafia Hong Kong dan Ayah Rahman dan akhirnya,
si mafia Hong Kong berhasil masuk kembali bersama 7 finalis lain yang tersisa
dan menjadi 8 besar.
Babak
8 besar saat show 11 yang membahas soal TNI membuat Heri Hore harus tersingkir.
Roasting adalah hal yang paling mengasyikkan bagi saya di setiap stand up
comedy. Show ke 12, para finalis harus meroasting Agung Hercules. Untuk urusan
roasting, memang harus diakui kalau Rigen sangat unggul dibanding finalis
lainnya, itulah kenapa saat roasting Agung Hercules, Rigen mendapat nilai
tertinggi, tetapi tidak untuk Bari. Bari si anak motor harus close mic malam itu dan menyisakan 6 finalis lainnya yang masih
berjuang di panggung SUCI 5.
Setelah
Bari, show ke 13 Afif, si anak dari Tanah Abang harus cloce mic. Logat
Betawinya Afif ini mengingatkan kita dengan David, juara 1 SUCI 4. Mafia Hong
Kong lagi-lagi harus merasakan sakitnya close mic untuk kedua kalinya di show
ke 14. Apa boleh buat, inilah kompetisi.
Saya
sangat salut dengan Kompas TV karena di SUCI sesi 5 ini, Kompas TV mau
menerima kaum difabel sebagai salah satu finalis, ya, dia adalah Dhani. Jujur,
waktu pertama kali lihat Dhani show, saya
trenyuh dibuatnya. Trenyuh dengan stand up-nya Dhani dan juga trenyuh
dengan Kompas TV. Selama ini, kaum difabel masih sangat terasingkan di
Indonesia dan Dhani membuktikan bahwa kaum difabel, orang cacat juga bisa
bersaing dalam sebuah kompetisi dengan orang-orang yang normal. You' re the
best, Stand Up Comedy Kompas TV.
![]() |
Dhani, finalis yang luar biasa dari Malang |
Dhani bisa membuktikan ke banyak orang bahwa stand up comedy bisa menjadi ajang
untuk menyuarakan keresahan yang bisa kita tertawakan bersama di atas panggung.
Siapa sangka Dhani bisa melangkah sejauh ini dan masuk menjadi 4 besar bersama
Rigen, Rahmet dan Indra.
Meskipun
raganya terbatas, Dhani membuktikan bahwa dirinya bisa melawan orang-orang yang
normal. Materinya Dhani yang sering membahas soal kekurangan yang dia miliki
dan menertawakan bersama di atas panggung membuat kita lupa dan melihat Dhani
adalah orang normal seperti kita, dan bukanlah orang yang memiliki
keterbatasan. Dhani
menembus 4 besar dan harus close mic di show ke 15 dan menyisakan Rigen, Rahmet
dan Indra yang akan bertarung di grand final.
Show
16, panggung SUCI 5 menghadirkan kembali 10 finalis untuk reunion. Senengnya, saya
bisa melihat aksi mereka lagi. Apalagi ada sketsa
komedinya yang pasti sangat seru dan hasilnya? Bisa kita lihat sendiri.
![]() |
Pasangan host yang ahay sekali |
Bagimana
Dicky dan Wira membawakan acara PARADISE, duuuhhh, cocok banget, chemistry-nya mereka berdua itu,
klop banget dan sangat layak dijadikan pasangan duet untuk jadi host. Feni Rose
juga bilang demikian, kan.
“Wira,
saya melihat tadi kamu berpasangan sama Dicky itu, iihhhhh, keren banget gitu.
Yang satu romantis-romantis jijay, yang satu jijay beneran.” Komentarnya Feni
Rose saat Wira usai stand up menghibur kita setelah gagal masuk call back. Tak heran kalau membaca komentar-komentar tentang
kedua komika ini, banyak yang meminta untuk menjadikan mereka sebagai pasangan
host di Kompas TV.
Ajang reunian ini juga menobatkan Indra sebagai komika persahabatan SUCI 5 dengan perolehan
vote terbanyak disusul Dicky. Saya vote Dicky, meski tidak menang, kau tetap di
hatiku kok, neng. Stand up-mu tentang ditampol banci saat reunion itu sudah
mengobati rasa kangen setelah beberapa Minggu tidak melihatmu di panggung SUCI.
![]() |
Rahmet, Indra dan Rigen bertarung di grand final |
Grand
final tiba dan saatnya 3 finalis bertarung untuk memperebutkan juara SUCI 5
Kompas TV. Melihat Rigen, Rahmet dan
Indra di babak grand final, memang terlihat sekali Rigen lebih menguasai
panggung dibanding Rahmet dan Indra. Rahmet dan Indra terlihat stres dan
seperti tidak siap untuk sebuah ajang di babak final.
Jujur,
baru di SUCI 5 ini saya aktif mengikuti setiap show yang ada di Kompas TV,
meski lihatnya saat siaran ulang. Meski saya jauh dari tanah air, TV yang saya lihat setiap hari, ya TV Indonesia,
Karena apa? Dengan melihat tayangan-tayangan TV
Indonesia, saya bisa merasakan kedetakan saya dengan tanah air meski raga saya
sedang berjauhan. Kompas TV yang sangat menginspirasi Indonesia karena acara-acaranya
yang benar-benar keren dan mendidik. Salah satunya Stand Up Comedy, bisa bikin
tertawa dan melupakan segala kegalauan yang ada.
Sekedar
saran buat Kompas TV, tolong kalau upload video yang full show ya, biar kita,
khususnya fans SUCI di luar negeri tetap bisa melihat lebih jelas lagi setiap
aksi finalis SUCI. Seperti SUCI 4, dimana setiap shownya ada video full
show-nya. Ditunggu SUCI sesi berikutnya ya dan teruslah menjadi insprasi bagi Indonesia.
Viva
La Komtung, Let’s Make Laugh.
4 komentar
wuih mantap acaranya ya, semoga dari ajang Stand Up Comedy ini bisa lahir komedian muda berbakat
ReplyDeletePara komika sudah banyak yang main film :D
DeleteIkut stand up itu frofesi yang sangat menjanjikan :D
aku udah lama gak nonton SUCI nih mbak, tapi memang stand up comedy bikin saya ngakak pas nonton, ada aja idenya, o iya saya pernah liat pas bagian Dhani, keren ih dia mukanya datar tapi kita yang nonton ketawa2 akibat ceritanya
ReplyDeleteBener mak, saya mulai suka sejak SUCI 3, SUCI 4 paling keren menurut saya, ada Abdur dari Timur yang kece banget stand upnya
Delete