"Kelihatannya kok sedih banget, ada apa Buk?"
"Ahhh, biasa nduk, masalah bojo. Bojoku edan enek omah"
"Loh, kok iso, memange masalahe opo"
"Duit sepiro-piro entek, gak eruh ge opo. Dolanan wedok ra isin wis tuwek disawang anak." curhatnya.
Tak sengaja saat turun ke pasar bertemu dengan sesama BMI yang sama-sama mau belanja. Umurnya sekitar 35 tahun. Orangnya lincah dan ngomongnya ceplas-ceplos. Dia sama-sama dari Jawa Timur hanya beda kota dengan saya. Dia cerita banyak tentang keluarganya saat kami lagi jalan menuju ke pasar.
Suaminya main lagi dengan wanita lain. Anaknya 3 laki semua. Yang besar mau lulus S1, yang kedua semester 4, dan anak ketiga masih STM kelas 3. Semua lagi butuh biaya yang besar, dan sang Ibu-lah yang banting tulang di negeri orang untuk membiayai sekolah ketiga anaknya ini. Suami yang seharusnya jadi pencari nafkah sudah tidak bisa diharapkan lagi karena sibuk dengan dunianya sendiri.
Yahh, suaminya punya dunia baru antara judi dan wanita.
Entah berapa juta uang yang terbuang sia-sia di tangan suaminya. Dia sabar, dia jadikan ini sebagai peringatan juga sentilan. Kini dia tidak mau lagi kirim uang ke rekening suaminya. Dia serahkan masalah keuangan ke anak yang paling besar yang bisa dipercaya.
Saat saya tanya "gak malu apa ya sama anak-anaknya yang sudah besar?"
Ibu ini hanya menjawab dengan lemah "orang kalo sudah main gituan mana ada rasa malu nduk" jawabnya santai.
Kasian saya mendengar cerita teman saya ini yang sudah saya anggap seperti Ibu saya sendiri. 24 jam nonstop ikut majikan, tak kenal siang dan malam tangan dan kaki jadi modal untuk mengais dolar di negeri orang dengan harapan bisa mengubah hidup keluarga yang sangat dicintainya.
Kepercayaan yang dia berikan untuk suami ternyata hanya berlaku diawal-awal saja. Imannya tetap goyah saat tangannya pegang uang hasil jerih payah sang istri.
"Makanya nduk, kalo sudah nikah kamu jangan sampek balik kerja ke sini lagi. Lihat aku ini, ngenes pokoknya." Nasehat dia untuk saya di akhir cerita.
Sering saya mendapat cerita dan curhatan seperti ini dari teman-teman sesama BMI. Miris dan sedih.
Tapi saya yakin masih ada suami yang baik dan tetap menjaga kesetiaannya dengan istri. Tetap memegang teguh janjinya untuk tidak berpaling dengan wanita lain. Menggunakan hasil jerih payah istri dengan sebaik-baiknya untuk keluarga tercinta.
Saya berharap tidak ada lagi cerita seperti ini. Jujur saya miris mendengar kegagalan rumah tangga mereka hanya gara-gara selingkuhan dan uang semata.
Entah berapa banyak para Ibu yang harus berpisah dari suami setelah mereka memutuskan untuk mencari rejeki halal di luar negeri. Berharap bisa meringankan beban ekonomi dan menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi.
Wahai para suami, ingatlah bagaimana istrimu banting tulang di luar negeri. Bayangkanlah saat istrimu dimarahi majikan. Bayangkanlah saat istrimu waktunya makan tetapi masih sibuk karena tuntutan kerja dari majikan.
Gaji besar tapi resiko juga besar. Semoga keluarga di rumah juga paham akan hal ini dan tidak melulu berharap kiriman uang terus menerus dari luar negeri.
19 komentar
suami tak tau diri tuh, masak begitu sie...
ReplyDeleteBanyak lo mak yang kayak gini :(
DeleteHuaaaa...para lelaki, pahamilah
ReplyDeletemengertilaahh
DeleteSubhanallah, trenyuh baca ini Mbak. Si istri sibuk banting tulang bahkan sampai jauh dari tanah air, eh malah suaminya seperti itu. Subhanallah...
ReplyDeleteSemoga si Ibuk selalu sehat dan dalam lindungan-Nya :)
Ø¢ِمـــــــــــــــيْـنَ
Deletesemoga ya mak, dan anak2 menjadi orang yang berbakti
semoga dijauhkan dari lelaki yang seperti demikian.
ReplyDeleteeh baidewe, umurnya 35. anaknya uda mau lulus s1? hebatnya anaknya pasti pinter banget ya
mama saya aja nunggu hampir 50an...
Ø¢ِمـــــــــــــــيْـنَ
Deleteibunya nikah sebelum umur 20 tahun 😄
Banyak suami yang seperti itu ya Mak, kalo dia tanggung jawab sih mestinya dia yang pergi kerja ke luar negeri, bukan isterinya.
ReplyDeleteharusnya mak, tapi sekaranh kebalik, istri kerja suami di rumah
DeleteDuh jadi inget sodara jauh. Kerja belasan tahun di Saudi. Pulang n ingin pensiun setelah nikahin putrinya. Suaminya cm nganggur doang, ngandelin kiriman uang dari istrinya. Akhirnya, beliau berangkat lg ke Saudi krn dapur rumah tangga harus tetap ngebul :(
ReplyDeleteDuh jadi inget sodara jauh. Kerja belasan tahun di Saudi. Pulang n ingin pensiun setelah nikahin putrinya. Suaminya cm nganggur doang, ngandelin kiriman uang dari istrinya. Akhirnya, beliau berangkat lg ke Saudi krn dapur rumah tangga harus tetap ngebul :(
ReplyDeleteduh, kasian ya mak
DeleteJadi ingat banyak mantan nasabah (di tempat kerja saya dulu), yang suaminya nganggur, tiap bulan cuma nungguin transferan dari istrinya yang kerja di luar negeri :(
ReplyDeletesampai sekarang juga masih banyak yang seperti itu
DeletePercaya banget tuh. Jaman dulu orangtuaku punya wartel dan jasa terima telepon (soalnya HP belum njamur). Banyak tetangga dan orang kampung sebelah yang jadi BMI, keluarganya mangkal di wartel untuk menghubungi keluarganya di luar negeri. Sering terjadi kehebohan, apalagi kalo pas telpon-telponan suaranya keras banget, otomotis saya dengerlah semua masalah keluarga mereka, ya salah satunya soal perselingkuhan, rebutan duit kiriman, dan konflik2 lainnya :D
ReplyDeletenah, apalagi sekarang jaman tambah canggih, modusnya sudah beda lagi
Deleteaku ingat, mbak fera, saat PKL di ponorogo dan ada kisah mirip ini. rumah sudah dibangun besar, anak sudah bisa dibiayai sekolah, tapi suaminya malah punya simpanan dan menggunakan uang hasil kerja keras istrinya untuk diberikan ke simpanannya. dan itu hanya jadi desas desus orang desa, tapi tak ada yang berani menegur :(
ReplyDeletesanpai sekarang masih ada lo mbak :( sedih ya
Delete