![]() |
Endy si hitam manis |
Endry
namanya. Dia teman waktu SMK dan selama 3 tahun selalu setia duduk semeja
dengan saya. Sering sih saya tanya gini, "Ndry, gak bosen apa duduk terus
sama aku."
Jawaban
dia apa? "Aku gak bisa tanpamu, Fera." Lebay gak sih hahaha. Kami
lulus tahun 2003 dan setelah itu kami hilang kontak. 2005 Saya berangkat ke
Hong Kong, sedang Endry baru masuk Hong Kong tahun 2011.
Dia
sudah memiliki anak 1, laki-laki umur 6 tahun. Saya ingat betul kata-kata Endry
saat kami masih sekolah dulu, “Aku gak pengen rabi nduwe anak, Fer. Wedi
aku." Katanya dengan mimik wajah serius dan rasa takut. Kalaupun sekarang
sudah punya anak, ini saya sebut sebagai sebuah prestasi luar biasa dari seorang
Endry Vidiani.
Suami
Endry adalah "bekas" pacar dari jaman SMP. Jadi ceritanya mereka
sudah pacaran dari SMP, meski sempat menikmati LDR karena bekerja ke Malaysia.
Yah memang kalau jodoh gak akan kemana. Setelah pulang dan ketemuan akhirnya
peresmian pun dilakukan.
Banyak
sekali cerita kami saat masa SMK. Ada duka tapi lebih banyak sukanya. Kami
paling suka duduk di meja paling belakang. Ya itung-itung kasian sama teman
yang punya tinggi badan di bawah kami. Iya, ceritanya, satu kelas yang berisi
hampir 50 siswi itu, yang punya tinggi badan 160 cm lebih cuma 5 orang kalau
gak salah.
Sebenarnya
saya agak minder juga kalau duduk sama Indry. Maklum saja, Indry yang Ibunya
menjadi BMI Hong Kong berlimpah dengan uang jajan, sekolah naik motor. La saya?
Sekolah pun nebeng di tempat orang, berangkat naik sepeda pancal. Tapi saya
tetap bersyukur karena tidak ada satupun teman sekolah yang saling iri atau
merasa minder saat teman lain punya sesuatu yang lebih. Istilahnya, tidak ada
jor-joran diantara kami.
Hal yang
paling lucu dari seorang Indry adalah kalau berhubungan dengan bus. Iya, bus, moda
transportasi umum yang banyak kita temui di manapun. Saya masih ingat tahun 2002 saat sekolah kami
mengadakan tour ke Bali. Sepanjang perjalanan dari Ponorogo sampai Pulau Dewata
Endry teller. Praktis dia sama sekali tidak bisa menikmati perjalanan. Kasian
juga melihat badannya lemas dan wajah pucat pasi karena isi perut keluar semua.
Pun saat
ini setelah berada di Hong Kong. Ternyata kebiasaan mabuk perjalanan tak juga
hilang. Padahal bus di Hong Kong enak loh, selain full AC juga bebas acap rokok
dan sangat bersih. Untung ada kereta, jadi Endry bisa naik kereta tanpa
menghirup bau seperti dalam bus.
Pertemuan
kami di Hong Kong pun sama sekali tak terduga. 1 September 2013, saat saya
sedang mengikuti parade Idul Fitri ke KJRI, tak sengaja bersentuhan dengan
Endry, dan ternyata, Endry tak banyak berubah. Meski sudah punya anak 1 tapi
masih seperti saya yang single ini (pengakuan jujur).
Sebenarnya
kami sudah kontak-kontakan cukup lama, kalau tidak salah awal tahun ini. Tapi
karena jarak dia dan saya lumayan jauh, jadilah keinganan untuk ketemu selalu
gagal. Ternyata kami dipertemukan tanpa sengaja, ini justru menjadi surprise
tersendiri buat kami.
Kebetulan
lagi bulan depan Endry mau pulang Indonesia dan jarak kepulangan kami hanya 1
hari saja. Yah, padahal kami bisa janjian pulang bareng, satu pesawat, tapi
karena sesuatu hal, kami beda pesawat dan tanggal pulang. Gak papa, kami bisa
bertemu lagi nanti di kampung halaman sambil mengenang cerita masa sekolah.
Duh,
ternyata teman-teman saya sudah banyak sekali yang punya anak. Dan, pertanyaan “Fera,
kamu kamu nikah” pun kini bertubi-tubi mampir ke saya yang hanya bisa saya
jawab “jodohku masih di tangan Tuhan, doakan segera diturunkan ya.”
Endry,
ini cerita tulisan untukmu. 3 tahun kita semeja tanpa rasa bosan sedikit pun. Semoga
kita bisa bercengkrama lagi dengan kawan-kawan sekolah kita saat pulang kampung
nanti.
“Teman itu seperti bintang. Tak selalu
nampak Tapi selalu ada dihati Sahabat akan selalu menghampiri ketika seluruh
dunia menjauh. Karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata. Saat tangan
terluka, mata menangis. Saat mata menangis, tangan menghapusnya.”
0 komentar