![]() |
Liburan hari Minggu |
Bekerja
di luar negeri selalu identik dengan gaji tinggi, padahal bekerja di luar
negeri itu tidak semuanya bergaji tinggi. Pun juga dengan kenyamanan dan
keamanan. Kalau nasib berpihak, pasti akan mendapatkan rasa aman dan nyaman di
tempat kerja, tapi kalau pas kena apes, yang terasa pasti sakit dan
sengsaranya.
Tidak
mudah memutuskan bekerja ke luar negeri, apalagi bagi yang belum punya
pengalaman sama sekali, terlebih dengan umur yang belum genap 20 tahun. Butuh
pertimbangan matang dan juga keberanian untuk memutuskan “iya, aku bekerja ke
luar negeri.” Atau bagi yang sudah punya anak, istri atau suami, banyak
pertingan lagi untuk meninggalkan keluarga.
Pun juga
saat memutuskan ingin pulang “seterusnya”
dari luar negeri, dalam artian, tidak akan kembali lagi bekerja di luar negeri
dan mulai memikirkan membuka usaha sendiri di kampung halaman. Tidak mudah juga
memutuskan hal ini, apalagi sudah merasakan bagaimana enaknya bekerja di luar
negeri. Gaji yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga di rumah dan juga kebutuhan
sendiri, menikmati hari libur bersama kawan-kawan, atau setiap hari bisa
melihat dan merasakan suasana luar negeri yang tentu jauh beda dengan kondisi
kampung halaman.
Pikiran-pikiran
buruk pasti terlintas, contohnya, “nanti kalau di kampung ngapain ya, uangku cuma
segini, biasanya setiap bulan dapat gaji kalau pulang siapa yang mau ngasih
gaji, dan sederet pikiran lain yang menunjukkan rasa takut.
Apapun
alasannya, berangkat ke luar negeri atau memutuskan pulang ke kampung halaman
dan tidak akan kembali lagi bekerja ke luar negeri adalah sama-sama dibutuhkan
keberanian luar biasa.
Tapi satu
hal yang menjadi pegangan manusia bahwa rejeki sudah ada yang mengatur. Di
manapun kita berdiri, di situ pasti ada rejeki. Besar kecil tergantung
bagaimana cara kita mensyukurinya.
Punya
uang Rp 5 juta, kalau bisa memanfatkan dengan baik untuk membuka usaha, pasti hasilnya
ada. Tapi, meskipun punya uang Rp 50 juta, kalau tidak bisa memanfaatkan dengan
baik, ya pastinya akan habis entah kemana.
Jadi,
buat kawan-kawan BMI yang masih takut memutuskan pulang karena sebuah
pertanyaan, atau banyak pertanyaan berkeliaran di atas kepala “nanti di rumah
mau ngapain”, mulai sekarang sebaiknya meraba-raba, kira-kira usaha apa yang
cocok saat kita pulang kampung kelak. Toh tidak selamanya kita akan bekerja di
luar negeri, bukan? Kita punya keluarga yang menunggu di rumah, punya kampung
halaman yang menanti perubahan.
So,
saatnya memikirkan masa depan setelah puas bekerja di luar negeri. Pulang ke
kampung halaman dan memulai usaha baru dengan bekal yang kita dapat di luar
negeri. Jangan takut, rejeki ada di mana-mana J
6 komentar
mengapa harus takut pulang? bukankah hujan air mata di negeri sendiri lebih bahagia daripada hujan duren di negeri beton? :)
ReplyDeleteselamat ya, ini blog nya sungguh menginspirasi. Teruskan, dan kutunggu dikau di kabar-kabar selanjutnya. Yux, ngendong ke blog ku juga ya....
salam dari wonosobo,
udmari.blogspot.com
Makasih mbak sudah mampir, salam kenal ya.
DeleteMakanya saya gak takut pulang ni :D semangat pulang, waktunya membuka sesuatu yang baru di kampung halaman
mungkin takut pulang gara2 tidak berhasil dan takut balik karena takut akan diperas oleh KTKLN...
ReplyDeleteini bukan soal KTKLN om :D
Deletemakasih sudah mampir
mau nambahin ce, masalah intern keluarga juga bisa jadi penyebabnya menunda nunda dan ketidak jelasan waktu lamanya merantau, contohnya “ah tidak ada yang mengharapkan kepulanganku, mereka hanya butuh uangku” seperti itu banyak ce.
ReplyDeleteMemang banyak juga keluarga yang hanya mengharapkan kiriman kita tanpa mau mengerti kondisi kita di tempat kerja gimana.
DeleteApalagi yang kadung tiap bulan menikmati jatah kiriman, kalau anaknya pulang otomatis jatah gak ada, nah bagaimana harusnya para BMI ini tidak memanjakan keluarga dengan cara yang salah.
Lebih baik kasih modal untuk usaha kecil-kecilan di rumah atau nyewa tanah untuk bertani, jadi biar ada pemasukan sekaligus mendidik keluarga agar tidak manja :)