![]() |
Saya orang kalem kok, ciyus :) |
Ceritanya
begini. Tahun 2012 bulan September saya ijin cuti pulang ke tanah air.
Sebenarnya pulang ke tanah air ini di luar rencana karena niatnya saya nunggu
sampai kontrak habis tahun ini (2013), meskipun kadang keinginan pulang selalu
ada, tapi banyak pertimbangan yang harus saya pikirkan. Karena ada masalah
besar dalam hidup saya (maaf saya tidak akan ungkap masalahnya apa) saya
memutuskan harus pulang, tidak bisa ditunda. Eyel-eyelan dengan Boss pun
terjadi, dan dengan wajah kusut akhirnya dia memberi ijin saya untuk cuti hanya
10 hari saja.
OK,
tiket sudah di tangan dan terbanglah saya ke tanah air dengan selamat. Karena
tanggal terbang kembali ke Hong Kong saya lagi sakit, terpaksa saya SMS si Boss
untuk perpanjang dan dapatlah 3 hari, 3 hari saja, oalah.
Tanggal
berangkat datang juga, dengan langkah berat dan iringan air mata orang tua saya
pun memasuki pesawat untuk kembali ke negeri beton. Hari berganti, seminggu
pertama tiga kali ke dokter, dua minggu masih terasa berat, tiga minggu mulai
ringan, sebulan, yeaah saya bisa berdiri tegak dan tersenyum tanpa beban.
Tapi
masalah sering muncul karena saya sering dapat protes dari Boss soal kinerja
saya yang menurun. Entah berapa kali dia menegur saya dan hanya saya masukkan
ke kuping kanan ke luar kuping kiri. Saya tidak mau mikir terlalu berat, PHK ya
PHK saja, tidak masalah buat saya, toh ada yang akan menampung saya.
Puncaknya
adalah awal bulan ini saat saya pulang libur Minggu. Hampir jam 1 malam Boss
baru pulang, melihat bapaknya ngambek saya langsung diajaknya duduk di ranjang
kamar sebelah. Interogasi pun terjadi. Dan, hampir 6 tahun dia menjadi boss saya,
baru kali ini dia melihat saya menangis, dan itulah untuk pertama kalinya saya
menangis di depan dia.
Saya
tidak mau terus ditekan, saya harus berontak dan saya berhasil membuatnya
ketakutan dan kawatir. Saya juga manusia biasa yang tidak bisa terus dizalimi
(bahasanya). Cukuplah saya diam dan mengalah, tidak pernah menjawab saat Boss
bilang ini itu atau nyindir saya ini itu. Ya saya memang jadi orang kebanyakan
nerimo dan ngalah, tapi ada masanya dimana saya bisa berontak dan teriak kalau
saya merasa benar.
Hasilnya
apa? Sejak saat itu Boss berubah menjadi sangat baik ke saya. Jauh lebih baik
dari sebelumnya. Rasa percayanya yang sempat menurun kini kembali lagi.
Uneg-uneg yang saya pendam selama setengah tahun saya keluarkan semuanya saat
itu juga. Pun keinginan saya untuk break
kontrak dan menyuruh dia mencari
pengganti kalau dia merasa saya bekerja sudah tidak baik lagi. Dan kalau masih
ingin saya bekerja dengannya, saya minta dia untuk tidak bertanya-tanya lagi ke
saya “kenapa, mengapa, bagaimana…..” Saya janji untuk bekerja lebih baik lagi,
itu penutup curhat saya.
Eh tapi,
bukannya menginterminit saya, padahal saya sangat menunggu untuk diinterminit, malah
bertanya tambah kontrak apa tidak. Hiduh, jujur saya bekerja di Hong Kong sudah
sangat capek, sudah dalam taraf kebosanan, tapi karena saya punya kegiatan
baru, rasa bosan itu sedikit berkurang dan saya sudah janji sebelumnya untuk
menyelesaikan kontrak ini sampai finis.
Selama
ini, saat saya masalah, saya curhatnya ke Pak Lud yang berada di Belgia, ke
Aulia di Indonesia dan ke Ani yang masih di Hong Kong, selain itu, tidak ada
orang yang tahu masalah saya. Benar kata Pak Lud, sekali-kali kita harus
berontak, jangan terus berdiam diri. Dengan berontak beban akan berkurang,
entah apapun hasilnya nanti. Baik buruk itu dua hal yang selalu beriringan dan
saya mendapatkan banyak hal baik dari pemberontakan saya ke Boss.
Sebenarnya
masalah kerjaan saya tidak terlalu mikir lagi. Resiko interminit ya pulang saja
ke Indonesia, gitu saja. Saya sudah sangat siap jika harus pulang selamanya ke
tanah air dan memulai semuanya di tanah kelahiran saya. Saya malah berdoa untuk
bisa pulang lebih cepat dari rencana awal yaitu finis kontrak, semoga.
Hmmm,
ternyata melawan atasan itu juga perlu. Entah apapun hasilnya, daripada terus
dipendam lebih baik keluarkan semua, entah apapun hasilnya. Yah, paling tidak
dengan begini anggapan kalau saya orangnya pendiam sedikit terpatahkan (halah).
0 komentar