![]() |
Hape jadul yang sering sekarat |
Hape
saya memang tergolong sudah jadul, tapi masih kuat lah untuk teleponan 3 jam
lebih tanpa henti, meskipun sehari hanknya bisa 10 kali. Mati sendiri lalu
hidup sendiri, beda dikitlah dengan hidup segan mati tak mau.
Minggu,
3 Maret 2013 saat pulang dari libur naik bus, hape saya ini tertinggal di bus.
Kebetulan saya duduk di bangku atas, dan penumpang hanya beberapa saja tidak
penuh. Karena ngantuk sekali, saya pun sampai tertidur sedang hape saya taruh
diatas tas dan saat turun saya lupa dengan hape saya.
Begitu
turun dari bus, yang rencananya ingin menikmati semangkuk ngaulam min terpaksa gagal setelah teringat kalau hape tertinggal.
Di miscall berkali-kali tidak ada
yang angkat, duh. Akhirnya naik bus lagi menuju terminal akhir untuk mencari
hape, berharap hape saya disimpan oleh sopir bus. Feeling saya sih sangat kuat, hape saya pasti selamat.
Setelah
sampai terminal, buru-buru saya mendekat ke bus nomor 90B.
“Em koi, Sike, ngo em kinco tinwa.” Saya bilang ke sopir kalau
kehilangan hape di bus.
“Lei, siha wanha, hai siong pin.” Coba kamu cari di atas ada gak.
“Hoak.” Jawab saya dan lalu naik ke bus menuju lantai atas. Mendeket ke
kursi tempat
saya duduk, melihat ke bawah, ke samping tapi tidak menemukan apa
yang saya cari. Saya coba miscall lagi
ke nomor hape yang hilang, tidak ada nama suara lagu Broken Angel yang dari
tahun lalu belum saya ganti.
Duh,
hape saya tidak ada. Sopir pun tidak tahu, emaakkk. Saya pun turun dari bus dan
bilang ke sopir kalau hape saya tidak ketemu.
“Ngo em ci wo.” Katanya. Dia bilang kalau bus ini baru datang,
saat saya tanya apa iya saya salah masuk, bus. Dia jawab “enggak” untuk memastikan.
Saya
menjauh dari bus dan mencoba untuk menelepon hape saya lagi. Nada sekali, dua
kali, tiga kali, empat kali ada yang angkat.
“Wai.” Suara laki-laki di sana. Ada rasa bahagia merasuk tiba-tiba. Yah,
semoga hape saya selamat.
“Wai, hallo Koko, muisia, liko hai ngo tinwa.” Saya bilang permisi dulu lalu
bilang ke dia kalau ini hape saya.
“Hamai lei em kin co tinwa?” Apa kamu kehilangan hape, tanya dia.
“Haiya, hai pasi kotoa.” Iya, di bus, jawab saya.
Lalu dia
bertanya dimana saya tinggal. Saya beri tahu
tinggal di blok mana. OK kamu tunggu saya di depan Maxim ya, katanya.
Maxim toko roti ya, tanya saya. Iya, 10 menit lagi nyampek sana. Kamu pakai
baju warna apa, tanya dia lagi. Saya jawab baju saya warna biru dan pakai
kerudung.
“Hoak,
hai koto tang ngo lah.” Jawabnya ramah.
“Hoak. Em koi say, Koko. Toce say.” Jawab saya.
“Mo hak he.” Balasnya dan telpon pun ditutup.
Saya
berjalan menjauh dari terminal bus menuju ke tempat yang dijanjikan. Tidak
sampai 5 menit saya sudah sampai. Melihat ke kiri kanan, ternyata belum ada
orang yang mendekati saya. Sabar dulu, hape saya kan selamat meski pun
kondisinya sudah sekarat.
Akhirnya
dari jauh saya melihat seorang laki-laki mendekati saya sambil tersenyum,
“Cece, hamai lei em kinco tinwa?” tanya dia.
“Haiya.” Jawab saya sambil tersenyum.
“Hamai liko hai lei ko tinwa.” Sambil menunjukkan hape
berkondom hitam, hiks.
“Haiya, haiya.” Jawab saya.
“Coba
kamu telpon ke sini, aku ingin memastikan apa benar ini hape punya kamu.” Pintanya.
“Hoak.” Jawab saya lalu memencet nomor ke hape yang dia pegang.
Yes,
bunyi.
“OK. Hape
tak kasih ke kamu, lain kali hati-hati ya.” Katanya sambil menyerahkan hape
saya.
“Hoak. Cenhai emkoi sai lei wo. Toce say.” Ucap saya berterima kasih
tanpa bertanya namanya siapa dan blok berapa karena dia langsung berlalu
setelah hape berada di tangan saya.
Akh,
ternyata masih ada orang jujur di bumi ini. Ternyata feeling saya tepat juga
bahwa hape saya pasti kembali. Meski hape saya umurnya hampir 4 tahun, tapi saya tetap setia (karena saya memang tipe setia :D) menjaganya dan merawatnya dengan baik. Sama seperti benda lain, karena ingat bahwa untuk mendapatkannya butuh perjuangan yang panjang (halah).
Terima kasih Sinsang, ternyata lebih tepat saya panggil tuan karena sepertinya anda sudah berkeluarga. Semoga rejeki anda lancar ya.
Gagal makan ngaulam min, akhirnya saya pun berlabuh ke KFC. Meskipun sebenarnya bosan dengan makanan ini, apa boleh buat adanya cuma ini. Sambil makan pikiran saya menerawang ke mana-mana. Seumur-umur, sepertinya baru kali ini saya ketinggalan hape karena saya termasuk orang yang bukan pelupa akut (ngeles).
Berharap tidak lupa lagi setelah ini.
3 komentar
hpnya udah mirip punya saya,,
ReplyDeletesering nge restart sendiri,,
kadang perlu digoyang2 dikit biar sadar :D
Hihihihi..... penting gak malu-maluin ya bang :D ganti sama
DeleteiPhone aja bang, enak loh
masih rezeki tak akan kemana mbak Fera hihi
ReplyDelete