Meski
sering bertemu saat belanja atau sedang jalan-jalan di sekitar apartemen bawah,
saya tidak tahu namanya siapa dan berasal dari daerah mana. Dia pernah cerita
kalau setiap hari telpon ke rumah dan pulsa HK$ 50 dolar kadang kurang untuk
menelepon anak dan suaminya. Ini cerita 2 tahun yang lalu, awal-awal kami
bertemu.
Minggu
kemarin tak sengaja kami naik bus bareng saat pulang dari libur Minggu. Saat
bercerita tentang majikannya, barulah saya tahu kalau dia bernama Wati. Saat
saya tanya anaknya umur berapa dan di rumah sama siapa, barulah saya tahu kalau
dia sudah bercerai dengan suaminya sekitar setahun yang lalu.
Hmmm,
lagi-lagi kasus cerai menghinggapi BMI. Wati bercerita kalau suaminya sudah
menikah lagi dan kini tinggal di Malaysia. Sedang anaknya yang sudah SMP kini
ikut neneknya.
Wati,
perawakan dia kecil dengan tinggi kira-kira 150 cm (mungkin kurang). Merawat
seorang bobo (nenek) yang menurutnya lumayan baik meski pelit untuk urusan
uang. Wati sering berpakaian sexy saat liburan. Kesehariannya dia senang
mengenakan celana pendek dan kaos ketat.
Wati
bukanlah BMI pertama yang rumah tangganya gagal dan berujung dengan perceraian.
Ada puluhan bahkan ratusan BMI lain yang terpaksa keluarganya berakhir karena
si-suami di rumah selingkuh atau sudah tidak ada lagi kecocokan. Kenapa bisa
begini?
Istri rela
banting tulang di negeri orang dan meyerahkan anaknya untuk dirawat suami, tapi
kenapa imbalan yang didapat seperti ini? Suami selingkuh dengan perempuan lain,
belum lagi uang kiriman yang hancur entah kemana, tak berwujud apa-apa.
Masih banyak cerita serupa seperti ini. Saya sendiri berharap
tidak akan menjadi pemain di dalamnya. [FN]
0 komentar